Tantangan Dan Harapan
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi
oleh: Ahmad Amin Udin
Perkembangan teknologi informasi yang cepat membawa perubahan dan sistem belajar siswa, halangan letak geografis bukan berarti suatu halangan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi disambut cukup beragam bagi pelaku pendidikan di Indonesia, teknologi informasi sudah menjadi satu kebutuhan sebagai media belajar, namun bukan berarti perkembangan teknologi informasi selalu mendapat tantangan baik internal mau pun eksternal dari sekolah. Pemanfaatan teknologi informaasi pada dunia pendidikan sering di sebut sebagai e-learning.
E-learning tidak asing bagi seorang guru bahkan siswa sekalipun. E-learning diartikan suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Banyak sekali website pribadi, perusahaan mau pun e-learning yang dikembangkan oleh PUSTEKKOM seperti belajar.kemdikbud.go.id. Fitur yang disediakan oleh PUSTEKKOM dalam website belajar.kemdikbud.go.id mengusung sebuah e-learning yang lengkap dimana dalam harapannya e-learning dapat menjadi kelas maya bagi peserta didik.
E-learning tidak asing bagi seorang guru bahkan siswa sekalipun. E-learning diartikan suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Banyak sekali website pribadi, perusahaan mau pun e-learning yang dikembangkan oleh PUSTEKKOM seperti belajar.kemdikbud.go.id. Fitur yang disediakan oleh PUSTEKKOM dalam website belajar.kemdikbud.go.id mengusung sebuah e-learning yang lengkap dimana dalam harapannya e-learning dapat menjadi kelas maya bagi peserta didik.
Sumber lain untuk pengertian e-learning diungkapkan sebagai proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi. Kondisi geografis negara yang terdiri dari kurang lebih 18.500 pulau besar kecil ini merupakan tantangan tersendiri dalam mewujudkan kenyataan serta memberikan secercah harapan dengan hadirnya e-learning. Bukan tidak mungkin antusias e-learning lebih maju di daerah pinggiran dari pada yang berada di kota, alasannya di kota benar banyak mempergunakan teknologi informasi yang canggih namun hanya sebatas dalam media sosial saja dan menganggap kebutuhan e-learning sebagai media belajar sampingan saja, sebaliknya rasa penasaran akan informasi tentang sumber belajar dan belajar jarak jauh membuat daerah pinggiran semangat untuk mencari informasi pendidikan online walau banyak tantangan yang menyertainya.
Tantangan Dunia Maya
Tantangan Dunia Maya
Media e-learning dapat membantu seorang guru dan juga peserta didik untuk senantiasa belajar tanpa mengenal waktu, tempat serta buku. Kemajuan teknologi mau tidak mau harus update dan jelas penggunaannya untuk peserta didik, tantangan dunia pendidikan saat ini khususnya e-learning harus mampu menjadi sumber belajar yang tidak pernah mati dan familier bagi siswanya. Peserta didik untuk saat ini lebih akrab dengan media sosial seperti facebook, twitter, blog, dan instagram.
Bila kita bandingkan dengan e-learning yang berkembang saat ini sangat jauh berbeda dengan kegemaran siswa dalam mengeksplorasi sebuah media sosial seperti halnya sebuah perbandingan antara antara e-learning dengan media sosial seperti facebook, twitter, ketertarikan siswa lebih suka pada media sosial daripada e-learning. Sebetulnya e-learning seperti yang dikembangkan PUSTEKKOM memiliki pesaing sebuah media sosial yang berarti munculah sebuah tantangan yang harus dapat dijadikan sebagai dasar bagaimana sebuah e-learning dapat menjadi media belajar yang di sukai oleh peserta didik. Kita perhatikan siswa tertarik pada media sosial karena lebih simpel, bisa chatting, termasuk dapat berkirim sebuah dokumen yang berarti harus diakui bahwa e-learning masih jauh dalam kategori di gandrungi oleh siswa.
Penggunaan media sosial bagi seorang pendidik sering juga alih fungsikan sebagai media belajar dan sarana penghubung dengan siswa di kelasnya. Guru mengirim menerima tugas dan mengamati prilaku sosial melalui media sosial juga. Bagi media belajar online e-learning setidaknya harus mampu mengakumudir kemampuanya seperti media sosial juga. Mengapa demikian? Kita harus paham akan keinginan siswa dan khusus juga keinginan guru, pada dasarnya ketika e-learning ditawarkan ke sekolah sebetulnya tidak ada penolakan, namun ketika melihat dan merasakan susahnya mempergunakan fasilitas yang ada tentunya muncul keganjilan bagi masing-masing guru yang beranggapan website e-learning hanya menyita waktu saja.
Seorang siswa menjadi merasa enjoy tatkala di depan sebuah gadget, mereka merasa tidak enjoy ketika harus belajar mempergunakan e-learning misalkan siswa melihat materi tertentu, maka yang dilakukan siswa adalah hanya melihat-lihat tanpa melakukan aktivitas membaca atau menulis jika ada perintah siswa baru melakukan. Kenyataan ini harus di akui bagaimana pun pembelajaran online masih juga harus selalu mendapatkan perhatian.
Tantangan kedepan tidak hanya pada kemanfaatan e-learning saja, masalah meratanya penerimaan signal internet juga menjadi sebuah tantangan. Hambatan sering di keluhkan karena signal internet yang tidak mendukung. Bisa di katakan buruknya jaringan internet merupakan tantangan eksternal yang juga perlu di fikirkan.
Literasi Online
Literasi memiliki arti dasar sebagai aktivitas membaca, menulis yang dengan aktivitas tersebut menghasilkan sebuah karya. Literasi di dunia pendidikan tidaklah terlalu asing di dengar, aktivitas literasi di sekolah di sambut dengan berbagai program seperti membuat sudut baca, membiasakan membaca buku non pelajaran selama lima sampai sepuluh menit. Apa yang terjadi di sekolah sebagai salah satu contoh proses mengarah pada literasi yang dapat menciptakan karya, menciptakan sebuah karya yang belum tercapai ketika gerakan literasi di Indonesia mulai diperdengarkan.
Berkembangnya teknologi informasi dan internet membawa perubahan besar dengan prilaku literasi masyarakat Indonesia, literasi yang tadinya hanya sebagai aktivitas membaca dan menulis berubah wujud seiring perkembangan dunia teknologi informasi. Era digitalisasi membawa cara pandang literasi konvensional menjadi literasi elektronik, e-learning sebagai salah satu media belajar jarak jauh dituntut dapat menjadi bagaian dari majunya gerakan literasi di Indonesia. Bagi perkembangan dunia e-learning PUSTEKOM melalui website belajar.kemdikbud.go.id atau pun m-edukasi.kemdikbud.go.id merupakan salah satu produk e-learning plat merah yang dapat di jadikan sebagai sarana melatih diri dalam literasi online.
Kelihatan ganjil tatkala membicarakan tentang literasi online, berkembang luasnya teknologi mengakibatkan bergesernya pola literasi dari konvensional menjadi literasi digital. Perkembangan literasi di Indonesia ternyata di pandang tidak begitu menggembirakan dengan ditandai sedikitnya dokumen literasi. Perpustakaan masih menjadi tempat untuk sekedar mengkoleksi buku, perpustakaan sekolah menjadi kunci memasyarakatkan literasi dengan pembiasaan mengunjungi, belajar dan membaca di perpustakaan.
Kemampuan literasi masyarakat Indonesia patut diakui masih ketinggalan jauh dengan negara tetangga, artinya Indonesia masih harus berjuang membiasakan terjadinya literasi di kalangan pelajar hingga guru. Sangat setuju jika e-learning semacam belajar.kemdikbud.go.id atau m-edukasi.kemdikbud.go.id secara khusus memfasilitasi kemampuan siswa hingga guru untuk dapat memberikan sumbangan literasi di media online. Sumbangan literasi dapat berupa pemberian ruang informasi seperti pada m-edukasi.kemdikbud.go.id atau sumbangan tulisan materi untuk diunduh siswa.
Jurnalis Online
Perkembangan dunia menulis di tingkat sekolah dasar menengah dan atas masih tidak terlalu bagus untuk dirasakan, aktivitas anak menulis masih jauh dari harapan. Gerakan literasi masih sekedar membiasakan diri membaca belum sampai pada tingkatan bagaimana dengan membaca menulis dapat tercipta suatu karya. Patut diakui meski pun belajar membaca dan menulis sudah diberikan sejak di bangku sekolah dasar pada kenyataannya masih saja seorang siswa begitu sulit untuk mengarang. Menulis bagi kita masih dirasa sulit karena yang terbayang adalah bagaimana ejaan saya apakah sudah benar, bagaimana jika karya saya dikritik oleh orang lain, perasaan-perasaan seperti inilah yang membunuh ide kita untuk berkarya.
Kesulitan menulis dapat diatasi dengan mengajak siswa menulis sederhana sebuah berita, mengapa mempergunakan gaya penulisan berita atau jurnalistik? Karena nantinya pemberitaan jurnalistik akan di tuangkan dalam sebuah media sosial blog. Medsos blog sangat penting artinya bagi siswa sebagai pemicu siswa untuk suka menulis. Gaya menulis jurnalistik bagi siswa tidak begitu asing karena bagi siswa yang membiasakan diri menulis di buku harian tidaklah asing untuk menulis berita atau pun siswa yang akrab dengan surat kabar pasti mengetahui bentuk kalimat berita dalam surat kabar.
Peranan dunia menulis sangat dibutuhkan bagi perkembangan literasi di Indonesia, gaya menulis jurnalistik yang sering di sebut sebagai karya sastra yang terburu-buru sangat menarik untuk disampaikan ke siswa karena dengan sistem penulisan jurnalistik siswa dapat mengembangkan kreasinya dalam menuangkan ide-ide tentang masalah umum sampai pada pengungkapan ide-ide ilmiah.
Sebuah Harapan
Penting kiranya perancang website berbasis e-learning dapat mengerti keinginan konsumen, secara tidak langsung pengguna e-learning di kalangan guru menginginkan e-learning yang tidak terlalu ribet dengan kata lain e-learning sudah siap pakai untuk disampaikan ke semua siswa. Ketertarikan siswa terhadap media sosial harus ditanggapi positif, jika perlu media sosial tersebut dapat digunakan sebagai sarana belajar jarak jauh.
Bangsa ini sangat luas seringkali antara harapan dan kenyataan tidak seimbang, dalam arti kata ketika e-learning menjadi salah satu sarana pemecah kebuntuhan pendidikan di pelosok ternyata tidak diimbangi dengan lancarnya sinyal komunikasi internet di daerah. Masih banyak sekali wilayah di Indonesia yang termasuk dalam wilayah blank spot.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan sudah pasti sangat dibutuhkan, secara politis pemenggalan harapan meratanya teknologi informasi menjadi satu permasalahan yang bisa dikata serius, munculnya kurikulum 2013 menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi permasalahan serius bagi guru yang mengembangkan atau merintis teknologi informasi di sekolah.
Menumbuh kembangkan siswa melek teknologi informasi merupakan kebutuhan wajib dan menu nutrisi untuk di bumikan ke seluruh pelosok negeri, dengan harapan Indonesia semakin maju dalam literasi dan menjadi pengguna terbanyak media belajar online seperti juga media sosialnya. Untuk itu perlu kiranya menciptakan media edukasi yang mudah diakses, familier, mudah dieksplor, keberadaan e-learning cukup membantu untuk wilayah yang membutuhkan informasi online belajar.kemdikbud.go.id atau pun m-edukasi.kemdikbud harus mampu mewujudkan impian sebagai e-learning yang terbuka dan memiliki akses seperti media sosial pada umumnya.
Bila kita bandingkan dengan e-learning yang berkembang saat ini sangat jauh berbeda dengan kegemaran siswa dalam mengeksplorasi sebuah media sosial seperti halnya sebuah perbandingan antara antara e-learning dengan media sosial seperti facebook, twitter, ketertarikan siswa lebih suka pada media sosial daripada e-learning. Sebetulnya e-learning seperti yang dikembangkan PUSTEKKOM memiliki pesaing sebuah media sosial yang berarti munculah sebuah tantangan yang harus dapat dijadikan sebagai dasar bagaimana sebuah e-learning dapat menjadi media belajar yang di sukai oleh peserta didik. Kita perhatikan siswa tertarik pada media sosial karena lebih simpel, bisa chatting, termasuk dapat berkirim sebuah dokumen yang berarti harus diakui bahwa e-learning masih jauh dalam kategori di gandrungi oleh siswa.
Penggunaan media sosial bagi seorang pendidik sering juga alih fungsikan sebagai media belajar dan sarana penghubung dengan siswa di kelasnya. Guru mengirim menerima tugas dan mengamati prilaku sosial melalui media sosial juga. Bagi media belajar online e-learning setidaknya harus mampu mengakumudir kemampuanya seperti media sosial juga. Mengapa demikian? Kita harus paham akan keinginan siswa dan khusus juga keinginan guru, pada dasarnya ketika e-learning ditawarkan ke sekolah sebetulnya tidak ada penolakan, namun ketika melihat dan merasakan susahnya mempergunakan fasilitas yang ada tentunya muncul keganjilan bagi masing-masing guru yang beranggapan website e-learning hanya menyita waktu saja.
Seorang siswa menjadi merasa enjoy tatkala di depan sebuah gadget, mereka merasa tidak enjoy ketika harus belajar mempergunakan e-learning misalkan siswa melihat materi tertentu, maka yang dilakukan siswa adalah hanya melihat-lihat tanpa melakukan aktivitas membaca atau menulis jika ada perintah siswa baru melakukan. Kenyataan ini harus di akui bagaimana pun pembelajaran online masih juga harus selalu mendapatkan perhatian.
Tantangan kedepan tidak hanya pada kemanfaatan e-learning saja, masalah meratanya penerimaan signal internet juga menjadi sebuah tantangan. Hambatan sering di keluhkan karena signal internet yang tidak mendukung. Bisa di katakan buruknya jaringan internet merupakan tantangan eksternal yang juga perlu di fikirkan.
Literasi Online
Literasi memiliki arti dasar sebagai aktivitas membaca, menulis yang dengan aktivitas tersebut menghasilkan sebuah karya. Literasi di dunia pendidikan tidaklah terlalu asing di dengar, aktivitas literasi di sekolah di sambut dengan berbagai program seperti membuat sudut baca, membiasakan membaca buku non pelajaran selama lima sampai sepuluh menit. Apa yang terjadi di sekolah sebagai salah satu contoh proses mengarah pada literasi yang dapat menciptakan karya, menciptakan sebuah karya yang belum tercapai ketika gerakan literasi di Indonesia mulai diperdengarkan.
Berkembangnya teknologi informasi dan internet membawa perubahan besar dengan prilaku literasi masyarakat Indonesia, literasi yang tadinya hanya sebagai aktivitas membaca dan menulis berubah wujud seiring perkembangan dunia teknologi informasi. Era digitalisasi membawa cara pandang literasi konvensional menjadi literasi elektronik, e-learning sebagai salah satu media belajar jarak jauh dituntut dapat menjadi bagaian dari majunya gerakan literasi di Indonesia. Bagi perkembangan dunia e-learning PUSTEKOM melalui website belajar.kemdikbud.go.id atau pun m-edukasi.kemdikbud.go.id merupakan salah satu produk e-learning plat merah yang dapat di jadikan sebagai sarana melatih diri dalam literasi online.
Kelihatan ganjil tatkala membicarakan tentang literasi online, berkembang luasnya teknologi mengakibatkan bergesernya pola literasi dari konvensional menjadi literasi digital. Perkembangan literasi di Indonesia ternyata di pandang tidak begitu menggembirakan dengan ditandai sedikitnya dokumen literasi. Perpustakaan masih menjadi tempat untuk sekedar mengkoleksi buku, perpustakaan sekolah menjadi kunci memasyarakatkan literasi dengan pembiasaan mengunjungi, belajar dan membaca di perpustakaan.
Kemampuan literasi masyarakat Indonesia patut diakui masih ketinggalan jauh dengan negara tetangga, artinya Indonesia masih harus berjuang membiasakan terjadinya literasi di kalangan pelajar hingga guru. Sangat setuju jika e-learning semacam belajar.kemdikbud.go.id atau m-edukasi.kemdikbud.go.id secara khusus memfasilitasi kemampuan siswa hingga guru untuk dapat memberikan sumbangan literasi di media online. Sumbangan literasi dapat berupa pemberian ruang informasi seperti pada m-edukasi.kemdikbud.go.id atau sumbangan tulisan materi untuk diunduh siswa.
Jurnalis Online
Perkembangan dunia menulis di tingkat sekolah dasar menengah dan atas masih tidak terlalu bagus untuk dirasakan, aktivitas anak menulis masih jauh dari harapan. Gerakan literasi masih sekedar membiasakan diri membaca belum sampai pada tingkatan bagaimana dengan membaca menulis dapat tercipta suatu karya. Patut diakui meski pun belajar membaca dan menulis sudah diberikan sejak di bangku sekolah dasar pada kenyataannya masih saja seorang siswa begitu sulit untuk mengarang. Menulis bagi kita masih dirasa sulit karena yang terbayang adalah bagaimana ejaan saya apakah sudah benar, bagaimana jika karya saya dikritik oleh orang lain, perasaan-perasaan seperti inilah yang membunuh ide kita untuk berkarya.
Kesulitan menulis dapat diatasi dengan mengajak siswa menulis sederhana sebuah berita, mengapa mempergunakan gaya penulisan berita atau jurnalistik? Karena nantinya pemberitaan jurnalistik akan di tuangkan dalam sebuah media sosial blog. Medsos blog sangat penting artinya bagi siswa sebagai pemicu siswa untuk suka menulis. Gaya menulis jurnalistik bagi siswa tidak begitu asing karena bagi siswa yang membiasakan diri menulis di buku harian tidaklah asing untuk menulis berita atau pun siswa yang akrab dengan surat kabar pasti mengetahui bentuk kalimat berita dalam surat kabar.
Peranan dunia menulis sangat dibutuhkan bagi perkembangan literasi di Indonesia, gaya menulis jurnalistik yang sering di sebut sebagai karya sastra yang terburu-buru sangat menarik untuk disampaikan ke siswa karena dengan sistem penulisan jurnalistik siswa dapat mengembangkan kreasinya dalam menuangkan ide-ide tentang masalah umum sampai pada pengungkapan ide-ide ilmiah.
Sebuah Harapan
Penting kiranya perancang website berbasis e-learning dapat mengerti keinginan konsumen, secara tidak langsung pengguna e-learning di kalangan guru menginginkan e-learning yang tidak terlalu ribet dengan kata lain e-learning sudah siap pakai untuk disampaikan ke semua siswa. Ketertarikan siswa terhadap media sosial harus ditanggapi positif, jika perlu media sosial tersebut dapat digunakan sebagai sarana belajar jarak jauh.
Bangsa ini sangat luas seringkali antara harapan dan kenyataan tidak seimbang, dalam arti kata ketika e-learning menjadi salah satu sarana pemecah kebuntuhan pendidikan di pelosok ternyata tidak diimbangi dengan lancarnya sinyal komunikasi internet di daerah. Masih banyak sekali wilayah di Indonesia yang termasuk dalam wilayah blank spot.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan sudah pasti sangat dibutuhkan, secara politis pemenggalan harapan meratanya teknologi informasi menjadi satu permasalahan yang bisa dikata serius, munculnya kurikulum 2013 menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi permasalahan serius bagi guru yang mengembangkan atau merintis teknologi informasi di sekolah.
Menumbuh kembangkan siswa melek teknologi informasi merupakan kebutuhan wajib dan menu nutrisi untuk di bumikan ke seluruh pelosok negeri, dengan harapan Indonesia semakin maju dalam literasi dan menjadi pengguna terbanyak media belajar online seperti juga media sosialnya. Untuk itu perlu kiranya menciptakan media edukasi yang mudah diakses, familier, mudah dieksplor, keberadaan e-learning cukup membantu untuk wilayah yang membutuhkan informasi online belajar.kemdikbud.go.id atau pun m-edukasi.kemdikbud harus mampu mewujudkan impian sebagai e-learning yang terbuka dan memiliki akses seperti media sosial pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar